Selasa, 17 Maret 2015

Napak Tilas Daeng Maman Suherman


Ng sabar rasanya kelarin review acara tadi malam, sebelum malam ini sudah berganti pagi. Melalui akun facebooknya @maman1965 ini aq tau orang yang biasa ngisi saat closing statement di Indonesia Lawak Klub (ILK) bakalan hadir di Makassar yang ternyata usut punya usut dari namanya bukanlah orang Bandung teea tapi Daeng Suherman yang terlahir dan menghabiskan sebagian masa remaja di Makassar ini (walahhh sama2jiki orang Bugis Makassar pale, yang dalam bahasa gaul indonesia artinya ternyata Kang Maman itu asli Bugis Makassar , sama dongg J )
Setelah stalking (baca: cari tau) di twitternya singkat cerita schedulenya mulai Jumat hadir di meet and great di Gramedia mall ratu Indah, Sabtu Sore dengan acara yang sama di Gramedia Mall Panakukang, lanjut acara di Sengkang hari Minggu, Senin pagi acara di Unhas, Senin malam acara di Kepo Adhyaksa dan Selasa balik ke Jakarta , namun karena aq saat ini berstatus sebagai orang kantoran jadi bisa hadir acaranya yach pas diluar jam kantor aja,  jadilah bisa mengikuti 2 acara yakni saat meet and great di Gramedia Mall Panakukang pas weekend, dan sharing dengan para blogger di Kepo Adhyaksa yang waktunya after office hour.
Ada berbagai macam ilmu yang sudah kami dapatkan, mulai dari bagaimana menekuni background pendidikan bidang Kriminologi, sebagai Penulis Novel yang anti dengan cerita panjang kali lebar, dunia Jurnalistik yang di gelutinya serta kegiatannya di belakang layar.


Photo dari twitnya @paccarita
Ceritanya di mulai dari saat Kang Maman merampungkan skripsi yang melahirkan buku ”Re:” yang original tulisannya terdiri dari 400-an halaman namun di edit oleh penerbit  menjadi hanya seratusan halaman namun tanpa menghilangkan pesan moral yang ingin disampaikan penulis, buku ini berupa cerita nyata  tentang kehidupan seseorang yang bernama Rere bukan nama sebenarnya, yang hamil di luar nikah dan bertekad untuk tidak menggugurkan  kandungannya karena Rere berprinsip anak yang dikandungnya ini tak berdosa dan berhak untuk hidup, sampai akhirnya ketemu dengan “Germo” yang tadi di pikirnya adalah Ibu baik-baik yang akan membantu kehidupannya, belakangan bahwa Rere harus membayar semua apa yang sudah di keluarkan oleh si  Germo tadi dengan menjadi pelacur untuk pasangan lesbian, Kang Maman yang saat itu sedang menulis skripsi tentang kehidupan dunia ini  menyamar sebagai sopir pribadi dari salah satu pelacur bahkan di depan mata penulis melihat mata kepala sendiri bagaimana kejamnya kehidupan tersebut, bagaimana nyawa bukanlah suatu yang berharga, apabila ada yang berkhianat kepada di “Germo” tadi maka tidak segan-segan mengirimkan mafia untuk menghabis nyawanya, termasuk di penghujung cerita saat Rere sudah melunasi semua utang-utangnya dan berniat kembali ke kampung halaman namun selang beberapa hari sebelum kembali kekampung halaman, Rere sudah di temukan dalam keadaan terbunuh di kamar kosannya,  namun sebelum terbunuh Rere sempat menitipkan uang yang cukup banyak kepada si Penulis untuk diteruskan ke Anaknya guna membiayai kehidupan selanjutnya,  pesan yang sempat di titipkan oleh Rere untuk Kang Maman sebelum beliau meniggal bahwasanya  ungkapkanlah kehidupan kami agar dunia tau bahwa ini nyata, dan salah satu pesan moralnya adalah kita sebagai manusia tidak bisa men-judge seseorang dari sudut pandang kita saja, biarlah apa yang terjadi merupakan urusan dia dan Tuhannya, kalau bahasa anak jaman sekarang, Jangan Suka KEPO !!.   
Bokis 1 dan Bokis 2, 2 buku ini yang ceritanya lebih ringan namun membuat penasaran juga dengan tokoh-tokoh yang ada didalamnya, namun kali ini Kang Maman tidak menyebutkannya siapa2 yang dimaksud, bercerita tentang kehidupan sisi lain dari dunia selebritis yang penuh dengan rekayasa, penuh dengan sandiwara dan pencitraan untuk menaikan nilai jual dan rating acaranya. 
Buku lainnya, Notulen Cakep yang isinya tentang bagaimana menyusun karakter-karaketer  pemain-pemain di ILK, keunikan cak lontong dengan muka datar dan tanpa berdosa, Jarwo yang sering jadi bulan-bulanan bullying, dan keunikan masing-masing pemain lainnya, bagi yang jarang nonton ILK ini kemana aja, acara parodi yang tayang di salah satu stasiun televisi swasta sebut saja namanya bunga eh salah, sebut saja nama statsiunnya Trans 7 tayang  tiap Senin sampai Jumat jam 9.30 malam waktu makassar, oh iya ternyata statement yang di utarakan Kang Maman saat closing acara ini scripnya alami lohh dibuat saat acara berlangsung jadi scriptnya bukan di siapkan dari sebelum tayang.
Salah satu hal yang menarik yang disampaikan bahwasanya ukuran penulis di Indonesia ada banyak, namun yang mampu me-mix- kan tentang cerita dan apa pesan moral yang akan disampaikan oleh penulis mengena atau tidak di sisi pembaca itu yang jarang, hal yang lain  ternyata masih ada aktor-aktor  jurnalis yang masih berada di koridornya menjaga ke profesionalitas profesinya, saya kira media cetak/koran isinya yang bener cuman hari dan tanggal aja namun isinya hmmm “No Comment” bahasa yang ngehits di zaman Desy Ratnasari hahah ketahuan angkatannya ,biarin J
Di sesi tanya jawab juga saya menanyakan perihal dua hal, hal yang pertama tentang bagaimana menciptakan kalimat ide-ide kreatif yang tak lazim di dengar, dan pertanyaan kedua bagaimana agar bisa tulisan bisa diterima penerbit  ciyeee punya rencana nh bakalan ngirim link blognya ke penerbit (talk to my self),  aq sh  target awal ng muluk-muluk, blognya dibaca selanjutnya diberi masukan apa yang kurang, syukur-syukur diterima Aminn (yang baca tulisan ini bantu di Aminin yach), dan kalau saya rangkumkan jawaban dari Kang Maman atas pertanyaan saya adalah perkaya diri dan kosa kata dengan cara banyak membaca dan asah dengan menuangkannya di tulisan.
Selaku anak Makassar saya pribadi bangga selain Jusuf Kalla dan Abraham Samad yang saat ini lalu lalang di layar kaca, ternyata kami juga punya Daeng Suherman yang sisi lain dari pekerja profesional di bidangnya.
Terima kasih atas sharing2nya Kang/Daeng, jangan pernah bosan ke Makassar, bantu kami agar mengambil sisi positif yang bisa menjadikan “The New”  maman dan mimin dengan cara kami di generasi –generasi  selanjutnya . Sukses dengan buku “Re:” nya yang akan difilmkan, sukses dengan buku “Hijab”nya yang akan dikelarin sebelum ramadhan (kalo perlu tambahan referensi bisa ajak2 sayah  :)  )
Terakhir, sampaikan salam kami kepada sang Ibunda  yang sudah mendidik kental  dengan darah Makassar-Bugisnya dan berhasil menanamkan prinsip filosofi perahu phinisi, sekali layar terkembang pantang untuk mundur kebelakang, Sekali merantau pantang pulang sebelum berhasil (eh tapi aq bukan nyontek loh, kayaknya kurang lebih prinsipku gini juga dh waktu awal merantau untuk kuliah di Jogja, hmm jadi kepikiran mau nulis ceritaku di masa-masa “Itu” tapi nanti  yach aq lanjutin di tulisan blog selanjutnya sembari ingat-ingat kembali masa “Itu” yang sudah puluhan tahun berlalu)
Keep Writing dengan Mata Hati !!!
Dinihari, 17 Maret 2015

1 komentar: