Ng sabar rasanya kelarin review acara tadi malam,
sebelum malam ini sudah berganti pagi. Melalui akun facebooknya @maman1965 ini
aq tau orang yang biasa ngisi saat closing statement di Indonesia Lawak Klub
(ILK) bakalan hadir di Makassar yang ternyata usut punya usut dari namanya bukanlah
orang Bandung teea tapi Daeng Suherman yang terlahir dan menghabiskan sebagian
masa remaja di Makassar ini (walahhh sama2jiki orang Bugis Makassar pale, yang
dalam bahasa gaul indonesia artinya ternyata Kang Maman itu asli Bugis Makassar
, sama dongg J )
Setelah
stalking (baca: cari tau) di twitternya singkat cerita schedulenya mulai Jumat
hadir di meet and great di Gramedia mall ratu Indah, Sabtu Sore dengan acara
yang sama di Gramedia Mall Panakukang, lanjut acara di Sengkang hari Minggu, Senin pagi acara di Unhas, Senin
malam acara di Kepo Adhyaksa dan Selasa balik ke Jakarta , namun karena aq saat
ini berstatus sebagai orang kantoran jadi bisa hadir acaranya yach pas
diluar jam kantor aja, jadilah bisa
mengikuti 2 acara yakni saat meet and great di Gramedia Mall Panakukang pas
weekend, dan sharing dengan para blogger di Kepo Adhyaksa yang waktunya after office
hour.
Ada berbagai macam ilmu yang sudah kami
dapatkan, mulai dari bagaimana menekuni background pendidikan bidang Kriminologi, sebagai Penulis Novel yang anti dengan cerita panjang kali lebar, dunia
Jurnalistik yang di gelutinya serta kegiatannya di belakang layar.
Photo dari twitnya @paccarita
Ceritanya di mulai dari saat Kang Maman merampungkan
skripsi yang melahirkan buku ”Re:” yang original tulisannya terdiri dari 400-an
halaman namun di edit oleh penerbit
menjadi hanya seratusan halaman namun tanpa menghilangkan pesan moral yang
ingin disampaikan penulis, buku ini berupa cerita nyata tentang kehidupan seseorang yang bernama Rere
bukan nama sebenarnya, yang hamil di luar nikah dan bertekad untuk tidak
menggugurkan kandungannya karena Rere
berprinsip anak yang dikandungnya ini tak berdosa dan berhak untuk hidup,
sampai akhirnya ketemu dengan “Germo” yang tadi di pikirnya adalah Ibu
baik-baik yang akan membantu kehidupannya, belakangan bahwa Rere harus membayar
semua apa yang sudah di keluarkan oleh si Germo tadi dengan menjadi pelacur untuk
pasangan lesbian, Kang Maman yang saat itu sedang menulis skripsi tentang
kehidupan dunia ini menyamar sebagai
sopir pribadi dari salah satu pelacur bahkan di depan mata penulis melihat mata
kepala sendiri bagaimana kejamnya kehidupan tersebut, bagaimana nyawa bukanlah
suatu yang berharga, apabila ada yang berkhianat kepada di “Germo” tadi maka
tidak segan-segan mengirimkan mafia untuk menghabis nyawanya, termasuk di
penghujung cerita saat Rere sudah melunasi semua utang-utangnya dan berniat
kembali ke kampung halaman namun selang beberapa hari sebelum kembali kekampung
halaman, Rere sudah di temukan dalam keadaan terbunuh di kamar kosannya, namun sebelum terbunuh Rere sempat menitipkan
uang yang cukup banyak kepada si Penulis untuk diteruskan ke Anaknya guna membiayai kehidupan selanjutnya,
pesan yang sempat di titipkan oleh Rere untuk Kang Maman sebelum beliau meniggal bahwasanya ungkapkanlah kehidupan kami agar dunia tau
bahwa ini nyata, dan salah satu pesan moralnya adalah kita sebagai manusia tidak bisa men-judge seseorang dari sudut pandang kita saja, biarlah apa yang terjadi
merupakan urusan dia dan Tuhannya, kalau bahasa anak jaman sekarang, Jangan
Suka KEPO !!.
Bokis 1 dan Bokis 2, 2 buku ini yang ceritanya
lebih ringan namun membuat penasaran juga dengan tokoh-tokoh yang ada
didalamnya, namun kali ini Kang Maman tidak menyebutkannya siapa2 yang dimaksud, bercerita tentang
kehidupan sisi lain dari dunia selebritis yang penuh dengan rekayasa, penuh
dengan sandiwara dan pencitraan untuk menaikan nilai jual dan rating acaranya.
Buku lainnya, Notulen Cakep yang isinya tentang
bagaimana menyusun karakter-karaketer pemain-pemain di ILK, keunikan cak lontong
dengan muka datar dan tanpa berdosa, Jarwo yang sering jadi bulan-bulanan
bullying, dan keunikan masing-masing pemain lainnya, bagi yang jarang nonton
ILK ini kemana aja, acara parodi yang tayang di salah satu stasiun
televisi swasta sebut saja namanya bunga eh salah, sebut saja nama statsiunnya Trans
7 tayang tiap Senin sampai Jumat jam 9.30 malam waktu makassar, oh iya ternyata statement
yang di utarakan Kang Maman saat closing acara ini scripnya alami lohh dibuat
saat acara berlangsung jadi scriptnya bukan di siapkan dari sebelum tayang.
Salah satu hal yang menarik yang disampaikan bahwasanya ukuran penulis di
Indonesia ada banyak, namun yang mampu me-mix- kan tentang cerita dan apa pesan
moral yang akan disampaikan oleh penulis mengena atau tidak di sisi pembaca itu
yang jarang, hal yang lain ternyata
masih ada aktor-aktor jurnalis yang
masih berada di koridornya menjaga ke profesionalitas profesinya, saya kira
media cetak/koran isinya yang bener cuman hari dan tanggal aja namun isinya
hmmm “No Comment” bahasa yang ngehits di zaman Desy Ratnasari hahah ketahuan
angkatannya ,biarin J
Di sesi tanya jawab juga saya menanyakan
perihal dua hal, hal yang pertama tentang bagaimana menciptakan kalimat ide-ide
kreatif yang tak lazim di dengar, dan pertanyaan kedua bagaimana agar bisa tulisan
bisa diterima penerbit ciyeee punya rencana
nh bakalan ngirim link blognya ke penerbit (talk to my self), aq sh target
awal ng muluk-muluk, blognya dibaca selanjutnya diberi masukan apa yang
kurang, syukur-syukur diterima Aminn (yang
baca tulisan ini bantu di Aminin yach), dan kalau saya rangkumkan jawaban dari
Kang Maman atas pertanyaan saya adalah perkaya diri dan kosa kata dengan cara banyak membaca dan
asah dengan menuangkannya di tulisan.
Selaku anak Makassar saya pribadi bangga
selain Jusuf Kalla dan Abraham Samad yang saat ini lalu lalang di layar kaca, ternyata
kami juga punya Daeng Suherman yang sisi lain dari pekerja profesional di
bidangnya.
Terima kasih atas sharing2nya Kang/Daeng, jangan
pernah bosan ke Makassar, bantu kami agar mengambil sisi positif yang bisa
menjadikan “The New” maman dan mimin
dengan cara kami di generasi –generasi
selanjutnya . Sukses dengan buku “Re:” nya yang akan difilmkan, sukses
dengan buku “Hijab”nya yang akan dikelarin sebelum ramadhan (kalo perlu
tambahan referensi bisa ajak2 sayah :) )
Terakhir, sampaikan salam kami kepada sang
Ibunda yang sudah mendidik kental dengan darah Makassar-Bugisnya dan berhasil menanamkan
prinsip filosofi perahu phinisi, sekali layar terkembang pantang untuk mundur
kebelakang, Sekali merantau pantang pulang sebelum berhasil (eh tapi aq bukan
nyontek loh, kayaknya kurang lebih prinsipku gini juga dh waktu awal merantau
untuk kuliah di Jogja, hmm jadi kepikiran mau nulis ceritaku di masa-masa “Itu”
tapi nanti yach aq lanjutin di tulisan
blog selanjutnya sembari ingat-ingat kembali masa “Itu” yang sudah puluhan
tahun berlalu)
Keep Writing dengan Mata Hati !!!
Dinihari, 17 Maret 2015
makasih postingannya bagus amat
BalasHapus