Rabu, 30 September 2015

5 Tahun di Jakarta Vs 5 tahun di Makassar

Bulan September adalah bulan yang mengenapkan aq menetap di kota kelahiran, sebelum bulan ini berlalu layaknya lirik lagu when september ends nya si Green Day, aq mau bercerita tentang what i feel selama 5 tahun terakhir ini hidup di Makassar yang kebetulan juga 5 tahun sebelumnya tentang perjuangan hidup di Jakarta (ciieeileehhh), ini opini pendapat pribadi loh ya:

Pengembangan Diri
Tentu saja merantau ke Jakarta dengan segala macam hiruk pikuk nya, menjadikan aq harus fight, gimana ng coba kalau mau makan mesti cari dulu, mau kemana-mana berjuang dulu mendapatkannya at least extra effort melangkahkan kaki ke tempat yang akan di tuju. Bagaimana dengan Makassar ? kalau berbicara mau makan apa sh ng pusing lah wong aq tinggalnya ama ortu paling tidak nasi udh tersedia bahan misalnya telor atau indomie udah ada, mau makan bahannya tinggal buka lemari simple bukan, itu tadi perbandingan dari sisi bagaimana memuaskan perut. Kondisi jalan pastinya saat ini bisa di bilang macet juga tapi di jam-jam tertentu misalnya jam berangkat atau pulang kantor, ada pejabat lewat dengan segala macam pasukannya, entah siapa dia yang belum tentu juga dikenal masyarakat (ya gituu dh). Nextnya, tentang memuaskan isi kepala atau sebut saja namanya ambisi, tak dapat dipungkiri apapun yang dicari di Jakartlah tempatnya, asal mau mengeluarkan waktu dan  tenaga untuk mencarinya ketemu deh tuh, mulai dari kelas premium maupun versi KW. Makassar yang bisa dibilang 5 tahun belakangan ini menunjukan perkembangannya, misalnya jika dikategorikan barang unusual kalaupun ada judulnya juga harus order ataupun indent terlebih dahulu, kategori jasa cukup tertutupi karena sudah ada "beberapa" jasa-jasa yang di tawarkan yang merupakan perpanjangan tangan dari apa yang ada di Jakarta.


Life Balance
Sudah hal yang lumrah bahwasanya menyebut Jakarta, kata yang terlintas pertama kali adalah "macet" jadi mungkin tidak akan dibahas panjang lebar mengenai hal ini, kejadian ini menjadikan waktu banyak yang terbuang dijalanan, mengharuskan juga berangkat lebih awal dan sampai di rumah lebih lambat  Percaya atau tidak, dengan kondisi macet begini spent time di jalan jadinya lebih lama. bayangkan waktu untuk bermacet-macet ria, ditambah jam kantoran yang rata-rata minimal 8 jam sehari, nah alokasi untuk tidur dan me time jadi berkurang. Bandingkan dengan jam kerja yang sama di Makassar, macetnya gimana? yach macet juga sh cuman ng selama Jakarta, mau kemana-mana di Makassar juga ng jauh-jauh amat. Tapi yach jangan salah dengan kondisi seperti ini, Alhamdulillah selama di Jakarta aq ng pernah kenal yang namanya opname, sementara di Makassar, baru aja 2 bulan udah kena demam berdarah dan harus terkapar di rumah sakit selama seminggu, kenapa ya? "i don't know juga hehehe


Karir
Jakarta menawarkan lebih banyak pilihan karir, entah kenapa ng move on dari kantor Jakarta ini selama 5 tahun, sempat pindah tapi judulnya pindah gedung aja dari gedung lama ke gedung baru hehehe benderanya tetap sama. Saat pindah ke Makassar, 2 bulan bekerja menggunakan bendera kantor Jakarta tadi, saya dihubungi oleh pihak head hunter dan setelah melalui proses aq menerima tawarannya dan kantor kedua ini bertahan selama dua tahun 6 bulan. Tempat aq kerja sekarang ini adalah perusahaan ke 3 selama di Makassar, sampai di september 2015 ini umurku bekerja disini sudah 2 tahun 4 bulan. Yang paling di senangi di perusahaan yang mana, tentunya jawabannya klasik semua ada plus minusnya :)

Hobby

Hampir dibilang penyaluran hobby kedua kota ini hampir-hampir sama, dulunya hobbyku ng banyak-banyak amat, hanya seputaran travelling. dengar music, nyanyi, hangout bareng teman-teman di tempat karoke, dan semuanya ini juga terakomodir baik di Jakarta maupun di Makassar. Saat ini, karena lebih banyak waktu luang selama di Makassar hobbyku jadi bertambah, jadi pembaca novel maniac, jadi blogger, ikut-ikut pelatihan seputar kepenulisan, dan lain-lain. Selama weekend berusaha membagi 4 waktu secara proporsional yakni waktu untuk keluarga, waktu untuk diri sendiri, waktu untuk teman-teman dan waktu untuk penyaluran hobby.

Saat di Jakarta selalu kangen dengan rumah, saat di Makassar selalu bertanya kapan ke Jakarta lagii, it's life kita, tapi satu hal memory takkan berulang dan tak mungkin tergantikan. Kangen akan macetnya Jakarta, kangen hiruk pikuknya, kangen atas semua sarana dan fasilitas yang disajikan.

2 komentar:

  1. Satu pertanyaan saya setelah membaca perbandingan Jakarta vs Makassar ini:
    Dengan semua yang kenyamanan yang ditawarkan Jekardah, Mbak Yesti kok mau balik lagi Makassar?
    Karena kalo dari pengalaman orang-orang sekitarku, mereka-mereka yang sudah betah di Jekardah, ogah deh balik ke kampung (halaman).

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehehe alasanya klasik Mba, jawaban rata-rata semua orang (mungkin) terlepas semua fasilitas di ibu kota, pengen punya banyak waktu luang , jadi penyaluran hobby lebih banyak misalnya lebih sering update blog

      Hapus