Jumat, 22 Mei 2015

Kebetulan atau Bukan – Berkah di Mei



Entah ini suatu kebetulan atau bukan, 2 minggu setelah saya posting tulisan saya tentang 5 Reason, Why Always May So Special ,alasan  tentang kenapa saya begitu CINTA sama bulan Mei ini,  hari ini sepertinya teori hukum tarik menarik yang ditulis oleh  Rhonda Byrne di bukunya The Secret  sedang melakukan aksinya tiada henti, tulisan tentang bagaimana lingkungan sekitar ikut bergembira saat suasana diri juga sedang gembira, diantaranya:


1.  Sekitar 2 tahun yang lalu tepatnya 2013, saat saya dengan penuh semangat dan antusias menghadiri acara launching Film Sokola Rimba dari garapan Duo Idol di dunia perfilman Mba Mira dan Mas Riri tempatnya di Trans Studio Mall Makassar, saat itu Mba Mira dan Mas Riri hadir dengan memakai baju kaos warna hitam di depan bertuliskan “Sokola Rimba”. Jika saya antusias akan suatu hal yang saya lakukan adalah duduk di kursi paling depan agar konsentrasi mengikuti detik demi detik rangkaian acara,  saat sudah tiba giliran sesi tanya jawab saya akan mengangkat tangan kanan paling tinggi agar mendapatkan kesempatan pertama untuk mengajukan pertanyaan, dan itupula yang saya lakukan saat itu, dengan pembukaan ucapan selamat datang di Makassar dan narasi singkat diawal yang terucap setelah MC memberikan mic ke saya, pertanyaan singkat pun langsung sayai tujukan kemereka berdua:
“Bangka Belitung sudah dengan Laskar Pelangi, Jambi sudah dengan Sokola Rimba ini, trus giliran Makassar kapan ?”
Saat itu masih saja teringat, pertanyaan saya tersebut di jawab oleh Mas Riri, dan kurang lebih jawabannya gini :
“bahwasanya saya (Mas Riri)  yang nota bene orang Sul-Sel tepatnya Enrekang akan ada banyak subyektifitas dalam menciptakan sesuatu, dimana dia sendiri yang akan terlibat di dalamnya, yang bisa jadi akan ada banyak intervensi yang mempengaruhi”
Kalau saya menyimpulkan jawabnya, bahwasanya akan sulit melihat dan menilai suatu hal apabila kita masih berada “didalam” beda jika kita berada “diluar”, dalam hati berkata waduh alamat kemungkinan Makassar dan sekitarnya akan di singgahi oleh Miles Production dan team akan sulit kalo begini ceritanya
Diatas tadi itu cerita lama, dan apa yang membuat saya mengingat cerita itu kembali? (apa coba ?). 2 hari yang lalu, saat menunggu mata berkompromi agar bisa terlelap di malam hari, jadilah saya mengambil handphone yang melintang di samping bantal, pilihan-pilihan dari berbagai aplikasi yang ada akhirnya jatuh ke twitter yang seharian belum login,  dan yang muncul dari accountnya @rizariri “Bismillah, besok saya mulai syuting film “Athirah” di Makassar. Film tentang seorang ibu dalam keluarga”, langsung saat itu juga saya reply tweetnya mendukung dan semoga syutingnya berjalan lancar. Sebelumnya sh memang sudah pernah dengar kalau Athirah mau di filimkan, tapi ng nyangka kalau ini akan di garap di bulan Mei ini (duhh kemanaj aja sayahhh, makanya sering-sering baca dong, jitak kepala sendiri-). Dan karena keterbatasan informasi lokasi syutingnya tempatnya dimana (walaupun udh sempat googling tapi ng ketemu), paginya langsunglah saya inisiatif coba menghubungi kantor Miles Production yang di Jakarta untuk mengetahui lokasinya dimana, beruntung diangkat oleh salah satu teamnya yang ramah dan tidak sombong (Haii Mba Dewi) menginfokan kalau syutingnya bakalan sampai Juni pertengahan, mudah-mudahan suatu hari saya bisa mampir ke lokasi, mau melihat langsung proses pembuatan filmnya :D then said Million of Thanks Both Mas Riri and Mba Mira,  akhirnya memilih Makassar sebagai salah satu lokasi untk berkreasi dan berkarya. Sekali lagi saya pribadi warga Makassar, mendukung proses pembuatan film ini dan jikalau di butuhkan akan siap membantu.
2.    Setelah acara Pre-Event kedua Makassar Internatonal Writers Festival (MIWF) 2015 tepatnya di awal April, yakni Dee’s Coacing Clinic, kegiatannya sudah saya tulis Dee Coaching Clinic - Makassar dan Efek Samping Seminggu Setelah Ikut Dee's Coaching Clinic


Ng menyangka di akhir acara, panitia memberikan bukunya Mba Trinity ke saya, katanya hadiah dari Bentang Pustaka karena saya ada nge-tweet di sela-sela acara berlangsung. Bentang Pustaka adalah penerbit novel Gelombang karya Mba Dewi Lestari dan juga penerbit sama dengan hadiah buku yang saya dapat judulnya Naked Traveler. Bukan judul yang asing bagi saya yang penyuka traveling, buku ini menjadi bacaan wajib bagi orang-orang yang suka berpetualang, isi ceritanya ringan serta mampu menumbuhkan motivasi agar selalu ingin melangkah melihat dunia di luar sana.
Saya follower beliau di twitter sejak @TrinityTraveler menjalankan misi satu tahun traveling around the world (kalau search di twitternya Mba T memberi tagar #TNTrtw) bersama Yasmin sahabatnya sejak kuliah, keliling dunia selama satu tahun... wah gimana rasanya yach kalo lagi home sick.
Well,  walaupun di twitter Mba T suka  memberi jawaban yang “nyinyir” (siap-siap aq ditabok) untuk pertanyaan seputaran berapa budget?, gimana cara buat passpor?, bagaimana rute dari sini sampai ke situ? tapi saya yakin orangnya friendly, beberapa kali saya nge-tweet ke @trinitytraveler, cuman ng di respon, bukan tentang pertanyaan seperti diatas loh yach, tapi lebih menanyakan kapan ada jadwal ke Makassar, entah itu book signing, sharing perjalanan atau sekedar jalan-jalan. Dan di tanggal 14 Mei, saya mendapatkan kabar pertama kali dari baca twitternya @makassarwriters bahwa beliau akan mengisi salah satu rangkaian acara di MIWF tahun ini, betapa senangnya saat itu, setelah membaca langsunglah saya tweet welcome to Makassar.
                                                               Tweet di awal april, hadiah dari Bentang Pustaka
3.    Kang Maman yang juga ternyata juga orang Gowa, mengalir darah Gowa dari ibunya,  besar di Bone dimana saat itu ayahnya mendapatkan tugas dari negara dan ditempatkan di daerah tersebut, semula saya berfikir yang menjadi notulen di Indonesia Lawak Club Trans ini adalah asli orang Sunda karena sangat melekatnya panggilan “Kang” di depannya, sudah 2 kali datang ke Makassar dan sudah 2 kali saya mengikuti di 2 acara tersebut yang kebetulan diselenggarakan di tempat yang berbeda. Acaranya saya tulis di Napak Tilas Daeng Maman Suherman dan [Lanjutan] Dari Pertemuan Melahirkan Karya
4.   Cerita bulan Maret, 2  bulan yang lalu, saya pun kurang paham energi apa yang membuat saya berambis untuk memiliki buku “Pulang” ini, mungkin karena beberap minggu sebelumnya teman ada yang memposting sampul buku ini di pathnya dengan memberi comment “masih penasaran, Mba Leila Please Lanjutkan!”, jadilah saya berkunjung di Minggu sore ke salah satu toko buku Gramedia yang ada di Makassar, toko buku ini lokasinya di Mall Ratu Indah Jalan Ratulangi, kenapa kesini? karena faktor jarak, toko buku yang paling dekat jarak tempuhnya dari rumah. Biar menghemat waktu, begitu masuk pintu utama toko ini , mata dan langkah saya langsung menuju ke meja customer service yang berada di pojok sebelah kiri untuk menanyakan stock buku “Pulang” ada beberapa, tak menunggu waktu lama customer service yang sedang jaga saat itu sambil menatap monitor komputer dia menyebut “stock bukunya ada 3”, selanjutnya dia memanggil rekannya untuk menunjukan rak mana keberadaan buku tersebut, jadilah sayapun mengekor dibelakangnya, cari cari cari cari di kode nomor rak yang dimaksud, sampai diujung belum ketemu dan pindah rak sebelahnya,  sayapun ikut membantu mencarinya dan belum ketemu juga, akhirnya Mba yang jaga nyerah dan memberi tahu bahwa stocknya sudah ng ada, ”Loh kok ng ada bukannya kata di depan stocknya masih ada 3, masa 3  hilang semua?“ keluarlah aura kejudesanku (maaf yach mba bukan bermaksud, karena memang aq kepengen banget buku itu), karena saat itu ada pengunjung lain bertanya judul buku yang lain, jadilah dia melayani yang lain dulu, saya pun ng berhenti sampai disitu dan memutuskan mengitari rak-rak dari ujung ke ujung yang bertuliskan novel belum ketemu juga, saya melakukan hal yang sama lagi, hampir sejam saya mengitari rak-rak tersebut,  akhirnya nyerah balik lagi ke meja customer service untuk di cek di Gramedia mana yang masih ada stock banyak, jadilah saya memutuskan untuk beranjak ke arah Gramedia Mall Panakukang yang katanya masih banyak stock, mudah-mudahan kali ng PHP. Kenapa saya ng nyari buku tersebut ke esokan harinya saja, karena kapan sudah berganti hari, rasanya semangat saya dipastikan akan menurun, jadi kudu terelasisasi di hari itu, sampai di Gramedia Mall Panakukang langsung ketemu buku yang dimaksud, review buku yang sudah saya Review Novel "Pulang" - Leila S Chudori

Kelima orang yang saya ceritakan diatas: Mas Riri, Mba Mira Lesmana, Mba Trinity, Kang Maman, Mba Leila Chudori yang menjadi bagian dari acara MIWF tahun ini, mereka yang karya-karyanya pernah menjadi bagian dari pengamatan saya di masa-masa lalu, jauh sebelum ada announcement tentang siapa-siapa saja yang hadir di acara MIWF tahun ini, orang-orang yang hebat di bidangnya, bekerja dengan passion masing-masing, dan tak jarang mendapatkan penghargaan atas karya-karya yang membanggakan (salut, angkat topi)
Banyak ilmu yang bisa di petik dari mereka, jadi rugi rasanya kalau ng hadir di acara event MIWF yang akan di gelar tanggal 3 – 6 Juni 2015 di Fort Rotterdam, (info selanjutnya mengenai event ini bisa cek di makassarwriters.com atau @makassarwriters), makasih Mba @lilyyulianti (Founder/Director MIWF) to make MIWF has been happening in the fifth edition, jangan lelah dan bosan Mba untuk acara di tahun-tahun berikutnya dan sehat selalu, KAMI DUKUNG :) 

Rabu, 20 Mei 2015

Review Novel "Pulang" - Leila S Chudori



Ini Novel paling banyak  halamannya yang pernah saya baca sepanjang di tahun 2015 sampai bulan Mei ini, novel pertama yang didalamnya bercerita terkandung unsur sejarah dan politik, sebenarnya saya tidak begitu suka politik karena alasan klasik yang mungkin rata-rata orang yang juga tidak begitu tertarik dengan politik mempunyai alasan yang sama dan akan sependapat dengan saya bahwasanya politik akan berteori tidak ada teman yang abadi dan tidak ada pula lawan yang abadi, semua tergantung kepentingan, dari jaman dulu sampai jaman apa namanya sekarang ini, sebut saja jaman reformasi yang “katanya” sebagian besar orang jaman perubahan (perubahan dalam pemahaman saya bisa penurunan dan bisa peningkatan intinya berubah)
Seperti yang sudah-sudah untuk memulai membaca sebuah novel, saya sebelumnya akan searching 2 atau 3 referensi pendapat orang-orang yang sudah membacanya, tapi tidak dengan buku ini, dengan judul “Pulang” sudah cukup menggambarkan dibenak saya, cerita kisah tentang perjalanan seseorang yang sedang merantau kemudian kekampung halaman, dan andaikata saat itu saya membaca review orang-orang dan kebetulan mereka menuliskannya dari sisi politik, “mungkin” akan mengurungkan niat untuk membacanya sampai selesai.
Cerita di bab awal, saat dimas suryo diutus untuk mengikut suatu pertemuan di eropa dan peking, yang seharusnya saat itu yang berangkat adalah Hananto, karena satu dan lain hal urusan pribadi yang harus di selesaikan, maka yang diutus berangkat adalah Dimas. Berliku permasalahan yang mereka hadapi selama disana sampai-sampai passpor mereka dicabut artinya tidak bisa di terima untuk masuk ke Indonesia, hal ini terjadi juga dengan sahabat-sahabat yang lainnya yakni Nugroho, Tjai dan Risjaf. Bermacam-macam pekerjaan agar bisa bertahan hidup di negeri orang termasuk mendirikan restoran Indonesia dimana Dimas yang memang jago masak sebagai kepala kokinya. Dimas yang akhirnya menikah dengan warga sana bernama Vivienne, perkenalan antara Vivienne dan Dimas semacam le coup de foudre yang artinya cinta pada pandangan pertama, saat demo mahasiswa di Paris, jangan bayangkan demonya ada adegan bakar-bakar dan anarkis, mereka melakukan demo secara anggun yang intinya suara mereka didengar kepada pihak yang didemo, isi dialog antara Vivienne si mata hijau dengan Dimas dilanjutkan kisah percintaan mereka yang salah satu adegannya mulutnya ditutup mulutku kata Dimas, tapi menurut saya bagian kalimat ini sebagai pemanis agar pembaca penasaran untuk lanjut ke halaman-halaman berikutnya.
Menjadi tapol (tahanan politik), inilah pertanyaan sampai sekarang yang saya belum mengerti, tadinya saya berfikir jawabannya ada di akhir-akhir cerita buku ini, namun sampai selesai di halaman 449 yang merupakan halaman terakhir saya pun belum menemukan jawabannya, apa ada yang tersirat ya di bacaan sebelumnya, sayapun masih kurang paham, yang jelas mereka bekerja di kantor berita nasional dianggap sebagai anggota geng komunis yang menurut di tulisan ini mereka sering secara lantang menyeruakan pendapat politiknya yang berseberangan dengan pemerintahaan saat itu, jujur agak bias bagi saya sebagai pembaca karena tidak ada adegan yang menyatakan seperti apa misalnya aksi suara lantang mereka. Kenapa Mba Leila ng sekalian menuliskan dengan cara tersurat ataupun terselip di dalam tulisannya ini.
Hananto yang menghilang sekian lama, keluarga yang hari-harinya dipenuh dengan pengawasan, dianggap sebagai warga yang menyusahkan, black list para keturunannya untuk menjadi anggota TNI/Polri maupun bekerja di kantor pemerintahan, apalah salah keturunannya dimana mereka yang tidak berdosa dan belum terlahir dimasa itu. Sampai kapan kita akan men-judge seseorang tentang masa lalu keturunannya yang ceritanya pun masih diragukan kebenarannya.
Pemeran-pemeran korban 30 September 1965, seperti di sejarah yang saya baca di sekolahan seperti Ahmad Yani, Ade Irma Nasution tidak banyak diceritakan disini, lebih banyak tentang kesengsaraan keluarga korban, bagaimana bertahan hidup di negeri orang, mereka dan keluarga dikucilkan di masyarakat, sampai-sampai keturunan yang terlahir  tidak cukup kuat menerima sampai-sampai harus malu mengakui siapa darah kandung sebenarnya.
Cerita-cerita akhir saat Lintang yang sudah beranjak dewasa, kuliah di Universitas Sorbonne Paris, anak dari Dimas dan Vivienne, mendapatkan tugas dari dosen sebagai tugas akhir untuk pembuatan film dokumenter politik di Indonesia dengan mewawancarai narasumber berupa mantan tahanan politik dan para keluarganya, sehingga membuat Lintang harus datang ke Indonesia selama beberapa bulan, disinilah alur sisi cerita remaja pertemuan antara 2 anak muda yang terpisah jarak dan waktu. Alam (anak bungsu dari Hananto, sahabat Dimas yang dulu sama sama bekerja di kantor berita) yang mendapatkan peran untuk mendampingi Lintang menyelesaikan tugasnya ini. Fungsinya agar Lintang mendapatkan jalur agar lebih mudah bisa wawancara dengan narasumber, yang menjadi bumbu dalam alur cerita bagian ini adegan seks education yang tertuang dalam cerita, termasuk gaya mereka  saling memadu kasih.
Lintang yang sebelumnya sudah memiliki kekasih di Paris bernama Nara yang juga memiliki darah keturunan Indonesia dari Ibunya, Nara tidak bosan-bosannya menghubungi Lintang selama di Indonesia. Mungkin ini feeling laki-laki saat sang kekasih hati jauh dari pelupuk mata sementara hatinya sudah tak sepenuhnya menjadi miliknya. Sampai akhir cerita cinta segitiga ini tidak ada ujungnya, kalau saya pribadi ditanya, lebih setuju Lintang berpasangan dengan Nara yang nyaris tak ada sisi negatifnya, Nara terlalu baik untuk tersakiti.
Diparagragraf-paragraf akhir, bagaimana akhirnya Dimas bisa pulang dalam kondisi yang sudah tidak bernyawa lagi dan sesuai permintaannya agar dia bisa dikebumikan di daerah Karet.
Dari sisi penulisan
Alur maju mundur maju mundur (ng pakai cantik ala syahrini) cukup membuat berfikir dan kembali kehalaman halaman berikutnya, entah lagi-lagi karena alasan sejarah, bahwasanya penulis berpesan untuk berhenti sejenak, jangan lupa dengan sejarah untuk senantiasa melihat kembali kebelakang dan tidak untuk dilupakan (hahaha ini pendapat saya yang mungkin ng ada hubungannya).
Emosi yang di munculkan yang membuat mudah membayangkan dan serasa larut merasakan apa yang terjadi. Saya besar dan mengenal sejarah saat jaman order baru bertanya, apakah buku-buku sejarah yang saya baca dan pelajari sebelumnya adalah sepenuhnya benar, ataukah sebegitu berkuasanya sampai-sampai membuat sejarah yang bisa di ukir? Entahlah itu sudah berlalu, mendapatkan nilai 8 dalam setiap mata pelajaran sejarah di sekolah dulu sudah cukup mengantarkan saya untuk ke jenjang sekolah berikutnya, yang saat itu merupakan suatu persyaratan kelulusan.
Review ini mengandung dan mengundang banyak pertanyaan, beruntungnya di awal Juni tahun 2015 ini, penulisnya akan hadir di acara Makassar International Writers Festival (MIWF) dan semoga tak ada halangan bertemu dengan Mba Leila, ada waktu luang di luar rundown acara untuk bisa berdiskusi lebih lanjut cerita di buku “Pulang”, sambil santap ikan bakar, appetizernya pisang ijo dan lanjut minum sarabba yang semuanya makanan khas Makassar, semacam menu perpaduan cinta segitiga Lintang, Alam dan Nara.
Well, overall setelah selesai menyelesaikan buku ini di sela sela jam istirahat kantor dan weekend, kurang lebih waktu seminggu untuk melahapnya, penilaian saya memberi angka 8 dari 10 (sama seperti nilai sejarah saya di sekolahan, ini kebetulan :D )
Halaman kosongnya menunggu tanda tangan penulisnya :)

Senin, 11 Mei 2015

[Lanjutan] Dari Pertemuan Melahirkan Karya

Ini kali kedua saya mengikuti acara Daeng Maman di Makassar, mungkin saja karena tidak banyak "Tamu" yang berasal dari luar Makassar yang mengangkat tema seputar kepenulisan, akhirnya beberapa orang yang hadir adalah wajah-wajah yang sudah pernah saya temui sebelumnya walaupun ng saling mengenal. Berawal dari acara yang di laksanakan di Gramedia Mall Ratu Indah tepatnya 7 Mei 2015 yang mengangkat tema "Menulis itu Gampang" namun sayangnya, saya tidak mengkuti full acaranya yang sudah mulai sejak 4.30 sore (dikarenakan jam pulang kantoran jam 5 belum lagi jalan kesananya yang cukup padat) tidak sepadat di Jakarta sh, tepat acara tanya jawab saya sampai di pintu masuk toko buku tersebut yang letak panggungnya hanya berjarak beberapa meter dari pintu masuk "yachh telat dh" pikirku, sebelum acaranya selesai masih dapat sekitar 30 menit di sesi tanya jawab tersebut. pertanyaannya tentang apa kiat-kiat dalam menulis dan dijawab oleh Daeng Maman bahwasanya menulislah dan membaca akan mengasah dalam skill menulis, membaca membuat perbendaharaan kata menjadi luas, dicontohkannya kata "namun" yang mana ada banyak padanan kata yang bisa di ganti-ganti dengan arti yang sama dalam suatu bentuk tulisan misalnya "tapi" , "meskipun", "walaupun" dsb, sehingga tidak terjadi pengulangan kata yang sama dan sekali lagi itu bisa di asah dengan banyak referensi membaca. Waktu pun menunjukan jam 6 dan sesi tanya jawab sudah selesai dilanjutkan dengan sesi berikutnya. 
Karena saat itu sedang sibuk melayani di antrian book signing dan photo bareng, saya pun menunggu waktu yang agak sengang untuk bisa menyapa. Beberapa menit berselang, dan "nahh udah ng ada yang antri", ucap dalam hati, langsunglah menyapa dengan kalimat pembuka "Hii Daeng, kenal dengan Pak Aria" dengan nada so' akrab :) , Pak Aria, bos saya dulu waktu masih kerja  di Jakarta, ternyata dunia ini sempit, Pak Aria dan Daeng Maman ini ternyata teman waktu kecil, yang saya baru tau saat Pak Aria comment di pesbuk yang saya upload tentang kegiatan ini. Tak lama Daeng Maman balik nanya perihal hadiah buku yang mana yang saya pilih hehehe yang tadinya saya pikir hadiahnya mau dibaginya saat Diskusi Blogger di Kepo Adhyaksa setelah acara ini, saat itu saya memilih buku Bokis 1 yang sampulnya dominan pink dan paling ngejreng diantara yang lainnya.
 Hadiah Buku

Oh iya buku ini saya dapat karena saya adalah salah satu yang menang saat tulis review acara bersama teman teman Blogger Makassar di Bulan Maret lalu ehmmm Bangga :) , review acaranya bisa di baca di Obrolan Santai
Setelah acara ini selesai, menuju ke Kepo Adhyaksa tempat acara selanjutnya berlangsung, perjalanan kesana ng begitu jauh sekitar setengah jam dan sampailah saya lebih dahulu kelokasi, disana ternyata sudah ada teman-teman saya yang baru balik liburan dari luar negeri, kami pun ngobrol tentang pengalaman teman saya ini selama trip sambil menunggu Daeng Maman datang. 
Tak lama berselang Daeng Maman sudah tiba juga di lokasi, meja-meja pun di tata, sambil menunggu Daeng Maman yang sedang ngobrol sembari Makan Nasi Goreng Merah, setelah selesainya, diskusi pun dibuka. 5R 1W menjadi pengantar pembukaan, apa itu ?? padanan yang jaman dulu kita kenal dengan 5W 1H (What, When, Who, Why, Where dan How) , 4R 1W adalah suatu metode yang bisa menjadi landasan dan kepenulisan diantaranya:
1.Read
Membaca, suatu hal yang tidak bisa ditawar lagi dalam aktifitas kepenulisan
2. Research
Dengan melakukan riset dari berbagai sumber, maka akan semakin banyak sudut pandang yang di temukan
3. Reliable
Nyata, tidak di buat-buat, orang akan cenderung meng-skip hal yang dirasa berlebihan
4. Reflecting
Cerminan, ini jika memberikan suatu ilustrasi dalam menggambarkan sesuatu
5. Right
Setelah 4R diatas saatnya untuk menuliskan dari rangkaian suatu kesimpulan.

Ada juga istilah di dunia jurnalisme yang dikenal dengan 5C :
Colaboration
Saat ini jamannya berkolaborasi, raksasa media mulai dari media cetak, televisi, online, koran semuanya dimiliki oleh satu group yang sama, jadi tidak heran media-media yang sifatnya sendiri-sendiri lama-lama akan ketinggalan.
Crowd
Ciptakan suatu yang bisa mengundang opini dan perhatian publik 
Celebration
Rayakan, tentu saja ini perlu kalkulasi matang agar tepat sasaran dan tujuan
Content
Perhatikan isi, di era digital saat ini yang serba cepat, orang-orang lebih berpihak ke konten yang lebih cepat, dicontohkan saat melakukan liputan bisa saja acara masih sedang berlangsung namun media online sudah melaporkan walaupun isinya hanya sebagian kegiatan diawal.
Consent
Fokus pada target, semakin lebar pemetaan maka akan semakin sulit sasaran yang mau dituju

Banyak hal sebenarnya yang kita diskusikan mulai dari pertanyaan-pertanyaan saya seputaran bagaimana trik menembus penerbit, seperti apa penerbit mengelolah naskah-naskah yang sudah masuk karena persyaratan dari beberapa penerbit mayor yang saya baca di situs mereka mencantumkan lama kurang lebih 4 bulan baru dapat jawaban layak atau tidaknya suatu tulisan ini diterbitkan, dan saya pun menyambung cerita tentang cerpen yang masih dalam on going, dan betapa senangnya Daeng Maman bersedia memberi masukan cerpen saya nanti, Siapp Daeng mudah-mudahan bisa selesai secepatnya (sebenarnya dari kemarin belum selesai karena lama mikirin endingnya mau diapain ini cerita)
Diskusi malam ini tidak selalu tentang  yang sifatnya serius melulu, ada juga masalah lainnya yang lucu-lucu mulai brolan tentang poppo, parakang, kunti ( ihh seremm dan pas juga waktu itu malam jumat) sampai kelucuan cerita-cerita ciri khas Makassar, sampai-sampai tak terasa saat menengok jam, waktu sudah menunjukan jam 12 lewat ....wakss.... saat itu tinggal beberapa orang saja yang tersisa, yang lainnya sudah pamit balik duluan.
Terima kasih Daeng Maman untuk malam ini sudah berdiskusi banyak hal, dan yang sudah saya anggap sebagai guru penulis saya. Kembali mengisi pundi-pundi ilmu saya dilanjutkan nanti di awal Juni acara MIWF (Makassar International Writer Festival), Daeng Maman juga menjadi salah satu tamu di event ini.

Saat Pengumuman Volunteer MIWF 2015

Masih ada beberapa jam kedepan sebelum memejamkan mata menyambut hari senin esok. Perasaan senang pake bingit itulah gambaran hari ini, ingin meluapkannya dengan mendokumentasikannnya di blog ini. And do you you know what, luapan kegembiraan apa yang di maksud? siang tadi saat sedang berada bersama teman-teman Blogger Makassar, ceritanya kita lagi jalan-jalan ke pulau Lakkang, dan sambil menunggu ikan selesai dibakar beberapa menit kedepan untuk santapan makan siang, mengisi waktu sembari buka-buka twitter dimana handphone saya yang sedang berada didalam genggaman. Scrol-scrol kebawah timeline isinya banyakan tentang si artis yang lagi kena ciduk polisi, edisi online itu tuh yang sedang rame di Jakarta, berita yang kurang begitu penting menurutku.
Dan disela beberapa berita muncullah salah satu twitter dari account @makassarwriters yang memberi informasi tentang pengumuman Volunteers, karena beritanya di selingi oleh berita lain juga, akhirnya saya ingin mengetahui informasi kelanjutannya, jadilah fokus ke akun "INI" saja, dan postingan dibawahnya sudah ada link ke website makassarwriters.com tentang siapa saja yang lolos, teringat beberapa bulan lalu saya juga ikut mengirimkan CV ke team panitia. Saat klik linknya jaringan internet pun sedang tidak bersahabat, apa karena sedang dipulau atau memang jaringan yang sedang melambat, speednya tidak seperti biasanya, rasa penasaran pun sedikit terobati saat websitenya terbuka dan isinya mengarahkan untuk klik satu link lagi, beginilah perasaan dalam suatu penantian, penantian informasi, layar handphone pun mengarahkan ke attachment file PDF dan menunggu proses loading file terbuka mulai 0 % , 25% , 75% dannn 100% terbukalah file yang ditunggu-tunggu, akhirnyaaa ucap dalam hati, tampak tulisan kecil-kecil berupa tabel tabel yang terdiri beberapa kolom, pelan-pelan saya zoom agar tulisannya nampak jelas terbaca, scrol scrol scrol kebawah berupa daftar nama Dannnn namaku ada diantara salah satu nama, perasaan riang gembira, senang tak tergambarkan yeyyyy *) nari-nari ng jelas :D

Kembali ke timelinenya ternyata yang daftar sebagai volunteer di Makassar International Writers Festival (MIWF) tahun ini berjumlah 374 pelamar dan 135 orang diantaranya dinyatakan terpilih dan akan bekerja pada 11 Divisi (Event Coordinator, Creative Design & Multimedia, Hosptality, Media Relation, MC, Bussiness Unit, Liaison Officer, Interpreter, Social Media, Sponsorship, Dokumentasi), saya yang saat mengisi formulir memilih divisi MC, alasannya karena ingin jadi moderator/MC tamu yang sudah di sebutkan beberapa hari yang lalu di websitenya makassarwriters.com.
Tadinya saya ragu untuk bisa terpiih karena saat mengisi formulir yang di kirim oleh panitia di cantumkan tentang ketersediaan waktu, saya yang hari-hariya kerja kantoran, yang saya isi available time di after office hour dan weekend.
Sebelum saya sign out dari twitter dan melanjutkan acara yang sedang berlangsung saat itu, teringat akan tulisan saya bulan lalu mengenai wish bisa lolos menjadi bagian dari event besar ini, tulisan saat mengikuti pre event MIWF, Dee's Coacing Clinic ,dan hari ini wish tersebut  Alhamdulillaj terkabulkan :D
Terima kasih atas kesempatan yang diberikan, semoga kami bisa menjadi volunteer bekerja dengan baik sesuai harapan dan mensukseskan acara ini.
kesenangan karena sebentar lagi akan berjumpa penulis buku ini

Senin, 04 Mei 2015

5 Reasons, Why Always May So Special

Hari ini beberapa status orang-orang di sosmed mengucapkan Welcoming May, Mei atau Mayo , mungkin sebagian orang menganggap bulan ini bulan spesial sampai-sampai harus disambut dengan ucapan selamat datang,  ataupun mungkin saja sebagian besar mereka sedang menikmati hari libur mereka, ya libur panjang. Libur hari ini menjadi pembuka lembaran di bulan baru bulan mei, tepatnya hari buruh hari yang di peringati setap tahunnya.

Sebagian orang mungkin menganggap ini bulanku, this month is mine, termasuk saya tentunya, ada beberapa alas an kenapa salah mei ini saya anggap berbeda dengan bulan-bulan yang lainnya:


Bulannya tanggal Merah

Mei, Bulan yang paling banyak memiliki tanggal merah di banding 11 bulan yang lain (kecuali hitungan libur bersama lebaran yang bulannya bisa berubah di setiap tahunnya ), tanggal merah di bulan mei ini, tanggal 1 hari libur nasional diperingati sebagai hari buruh, tgl 14 sebagai kenaikan Yesus Kristus , tgl 16 di tahun ini sebagai Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW.

Bulan inilah yang menjadi incaran buat para pekerja (baca:  aq) untuk holiday karena di untungkan hitungan potong cutinya jika diambil di antara tanggal merah, misalnya tahun 2014 tahun lalu di bulan mei, saya ngajuin cuti 5 hari setelah dihitung-hitung bisa dapat holidaynya 11 hari karena di sela sela ada 3 hari tanggal merah di tambah lagi hitungan sabtu dan minggu, ini gambaran tanggal merah di 3 tahun terakhir 

My Month

Bulan emmak ngelahirin saya, yappp bulan mei lah ultahnya saya, mei yang keras kepala dan tidak betah berdiam diri. Setiap tahunnya sejak sudah lulus kuliah dan sudah kerja  jadi punya duit sendiri, saya senantiasa memperlakukan bulan ini begitu spesial dibanding bulan lainnya, belanja paling banyak, makan paling enak, liburan paling sering, so bulan ini bulan yang penuh keceriaan.


Cuaca yang tidak ekstrim

Walaupun beberapa tahun belakangan ini, cuaca yang tidak menentu, bulan mei ini bulan pertengahan peralihan perubahan musim hujan dan musim panas atau di sebut bulannya pancaroba, kalau di luar negeri eropa sana bulan Mei ini cenderung musim semi, saat bunga-bunga bermekaran, musim sakura di Jepang juga belum selesai , cuaca pun yang tidak begitu ekstrim tidak dingin juga dan tidak terlalu panas, lagi –lagi waktu yang tepat untuk jalan-jalan ke luar sana buat kita yang terbiasa dengan suhu di Asia Tenggara.


Bukan Peak Season

Buat yang masih single atau yang sudah double namun belum memiliki pasukan, bulan inilah bulan yang cocok untuk traveling (cerita traveling LAGI), belum masuk ke peak season liburan anak sekolahan , masa-masa tenang , dimana anak sekolahan sedang ujian ataupun kalau musim ujian sudah selesai masuk  masa penantian deg-degan menunggu hasil ujian, jadi bisa dipastikan tempat tempat turistik tidak dipenuhi antrian panjang pengunjung, kita bisa bebas tanpa penuh sesak banyak orang. Belum lagi masalah harga tiket kalau ingin bepergian, harga masih normal dan rata-rata bahkan beberapa penerbangan,hotel dan obyek wisata  memberi promo untuk menarik para tamu wisatawan ataupun pengunjung, jadi bisa lebih menghemat budget.


Penantian

Karena sedikit banyak mengenai ujian anak sekolahan sudah disinggung diatas, jadi bulan ini bisa jadi bulan penantian masa – masa berdoa agar bisa menyelesaikan soal ujian, sampai-sampai banyak sekolahan yang menggelar doa bersama,  juga detik-detik tentang kelanjutan cita-cita masa depannya, saat kebimbangan menanti hasil ujian, saat kebingungan menentukan jurusan apa yang akan dipilih di tempat kuliahan nanti, so bagi adik-adik selamat berjuang , selamat menentukan masa depan